Laman

Kamis, 03 Mei 2012

Prabu Brawijaya V dan Keturunannya (termasuk kepada para Bupati Sukapura)


Berdirinya kerajaan kecil di tatar Pasundan yg tlh menurunkan para Bupati di tiga tempat ini tidak terlepas dari runtuhnya kerajaan yg besar di Pulau Jawa (Majapahit).
Saat kerajaan Majapahit runtuh, Majapahit dipimpin oleh Prabu Brawijaya V. Pada masa pemerintahannya sering terjadi pemberontakan dan kekacauan yg ingin menjatuhkan kekuasaannya. Keadaan Majapahit pun rawan disintegrasi karena para pangeran dan elit politik saling siku, saling curiga dan saling menjatuhkan… hehe… jadi ingat masa sekarang ?

Ditengah-tengah kancah politik yg tdk menentu itu membuat rakyat bingung untuk mencari panutan dan penuntun hidup. Pada saat situasi yg genting itulah Islam dtg membawa dan menawarkan konsep jelas lagi nyata untuk mencapai kehidupan yg hakiki dan universal dikalangan umat. Disaat itu pula Rakyatpun datang untuk memeluknya.
Prabu Brawijaya V naik takhta dari tahun 1468 – 1478.


Prabu Brawijaya V atau Bhre Kertabumi ini adalah anak bungsu Bhre Pamotan alias Sang Sinagara atau Dyah Wijayakusumah atau lbh dikenal dgn nama Prabu Sri Rajasawardhana atau Prabu Brawijaya II yg memerintah Raja Majapahit dari thn 1451 – 1453.
Prabu Brawijaya menikahi Putri dari Campa yg bernama Ratu Handarawati atau Ratu Andarwati atau Dewi Murtaningrum dan dari pernikahan tsb dikaruniai tiga orang anak:
1. Nyi Raden Andayaningrat alias Putri Ratna Pembayun atau lbh dikenal dgn nama Rd. Ayu Ajeng Pembayun atau Ratu Pembayun alias Ratu Sulung
2. Raden Lembu Petang alias Bondan Kejawan yg menjadi Adipati ing Madura
3. Raden Gugur atau lbh dikenal dgn nama Raden Patah yg menjadi Sultan Demak I dgn gelar Sultan Syah Alam Akbar I (Bratadingrat, 1990)

Ket :
1. Nyi Raden Andayaningrat alias Putri Ratna Pembayun atau lbh dikenal dgn nama Rd. Ayu Ajeng Pembayun atau Ratu Pembayun alias Ratu Sulung bersuami Adipati Jayadiningrat atau Adipati Andayaningrat atau Prabu Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging II mempunyai putra :
Ki Ageng Penging III atau Bupati Pengging atau yg lbh dkenal dgn julukan Kebo Kenongo mempunyai putra :
Jaka Tingkir atau Mas Karebet yg menjadi Sultan di Pajang (1568-dgn nama Sultan Hadiwijaya atau Adiwijaya dan menikah dgn Putrinya Raden Trenggono ( Sultan Demak III) yg bernama Putri Ayu Pembayun atau Putri Ratumas Cempa dan mempunyai putera yg bernama Pangeran Benawa/Benowo mempunyai putra:. Pangeran Kusumahdiningrat yg kelak menurunkan keturunnya jadi Bupati-Bupati di Sukapura termasuk kepada kita yg sedang baca ini. Ehm! Ehm! Geuningan urang teh nyak!!!
Dan menurut keterangan lain (dari Babad Sukapura) selain Pangeran Kusumahdiningrat Cucu Jaka Tingkir. Pangeran Kusumahdingrat disebut putera Sunan Tegal Arum, Panembahan Mataram atau Sunan Amangkurat I (1645 – 1667). Sedangkan menurut R. Joedawikarta, dalam “Sejarah Soekapoera”, Parakamuntjang sareng Gadjah”, Kusumahdiningrat itu putera Sultan Agung Mataram (1613 – 1645). Sementara dalm buku “Pangeling-ngeling 300 Taoen ngadegna Kaboepaten Soekapoera” dikatakan bahwa Pangeran Kusumahdiningrat itu adalah putera Kangjeng Sunan Seda Krapyak alias Mas Jolang (Sunan Mataram ke II, 1601 -1613).
Mnrt hemat kami ttg ini perlu mendapat penelitian lbh lanjut lg… gimana para wargi sadaya??

2. Raden Lembu Petang alias Bondan Kejawan beristri Rd.A. Nawangsih mempunyai putra Ki Taruh mempunyai putra ;
Ki Getas Pandawa mempunyai putra ;
Ki Ageng Selo (Abdurahman Selo) mempunyai putra ;
Kyai Ageng Genis yg lbh dikenal dgn nama Enis mempunyai putra ;
Kyai Ageng Pamanahan mempunyai putra ;
Sutawijaya yg menjadi Senopati th. 1555 – 1601 mempunyai putra ;
Sunan Seda Krapyak Pangeran Jolang yg menjadi Sultan Mataram ke I th. 1601 – 1613 mempunyai putra ;
Sultan Agung Hanyokrowati atau yg org Jawa terkenal dgn nama Hanyokrokusumo atau Hanyokrowati yg menjadi Raja Mataram ke II yg sangat terkenal, yg memerintah dari th. 1613 – 1645.

3. Raden Patah yg menjadi Sultan Demak I mempunyai putra ;
Raden Trenggono yg menjadi Sultan Demak III th. 1521 – 1546 dan ada putrinya yg menikah dgn Jaka Tingkir....
NB : Ir. Soekarno, Gus Dur dan Soesilo Bambang Yudhoyono, di buku Biografi atau Otobiografinya adalah turunan Raden Patah (Sultan Demak).

Karena di Majapahit terjadi pemberontakan dan perebutan kekuasaan, maka Pangeran Kusumahdiningrat meninggalkan Majapahit dan mengasingkan diri ke tatar Pasundan dgn diiringi oleh seorg pengiring yg setia yaitu Arya Damar.

Pangeran Kusumah Diningrat menikah dgn seorang gadis Pasundan dan dianugerahi dua orang putra yaitu :
A. Nyi Raden Agung
B. Raden Wiraha yg kelak menurunkan di lima wilayah ( Manangel, Cibeuti, Cihaurbeuti, Dawagung, Cibuni Agung)
Pangeran Kusumahdiningrat wafat dan dimakamkan di Cikunten Singaparna di Kampung Badakpaeh sdgkan pengiring setianya (Arya Damar) dimakamkan di Pananjung Cibuni Agung


Mimpi yg ditransfer

Pada suatu malam Nyi Raden Agung bermimpi menunggangi seekor Gajah dan dipayungi dgn kebesaran. Nyi Raden Agung adalah seorg yg gemar tapa serta senang mempelajari ilmu kesaktian maka mimpi tsb dpt dengan mudah ditafsirkan arti dari mimpinya itu yakni beliau dan keturunannya akan menjadi seorang pembesar yg turun temurun.

Krn beliau seorang wanita maka mimpi dan artinya dtransfer pd adik yg tercinta yaitu Raden Wiraha dgn beberapa syarat yg diajukannya kelak jika adiknya tlh menjadi seorang pembesar. Persyaratannya itu adalah :
Keturunan Nyi Raden Agung tidak boleh dipekerjakan menjadi :
a. Seorang Penyabit Rumput
b. Menjadi Pengasuh
c. Menjadi pembantu Rumah Tangga
Jika ketiga syarat itu dilanggar maka baik yg bekerja atau yg dipekerjakan akan mendapat celaka. Setelah persyaratannya itu dipenuhi maka Nyi Raden Agung mentransfer mimpinya pada adiknya yg tercinta.

Nyi Raden Agung menikah dgn Galuh Imbanegara, anak keturunannya berada di Sukakerta (Skrg Sukaraja) di Kampung Cipinaha dan di Maniis.

Sementara adiknya Raden Wiraha menikah dgn seorang anak dari dalem Sukakerta Brajayudha dan memiliki 5 org putra yaitu
1. Raden Wirawangsa
2. Raden Astrawangsa
3. Raden Pranawangsa
4. Raden Nakahita
5. Nyi raden Bagus Kholifah

Raden Wirawangsa dan saudara-saudaranya hidup sezaman dgn Sultan Agung Mataram II Sultan Agung Hanyokrowati.


Cikal Bakal Sukapura

Karena kekuasaan Sultan Agung Mataram II begitu luas sepertihalnya masa keemasan Majapahit tempo dulu. Maka seluruh Pulau Jawa pun ada dibawah kendali dan perintahnya. Hingga pada suatu ketika datang perintah dari Sultan Agung kepada Bupati di tatar Pasundan yg pusat pemerintahannya berada di Sumedang, agar mempersiapkan pasukan untuk menyerang Sumenep Madura.

Maka Bupati Sumedang beserta pasukannya berangkat untuk menyerang Sumenep di Madura. Namun tugas yg diemban oleh Bupati Sumedang untuk menaklukan Sumenep Madura gagal selanjutnya Bupati Sumedang dibuang kedaerah terpencil yaitu Gajahmati.

Sultan Agung lalu menitahkan pada Dipati Ukur untuk menggantikan kedudukan Pangeran Sumedang menjabat sebagai Bupati.

Setelah Dipati Ukur menjabat sbg Bupati di Tatar Pasundan yg pusat pemerintahannya di Sumedang lalu Sultan Agung menugaskan Dipati Ukur untuk bersama-sama pasukan Banureksa menyerang VOC yg berpusat di Jayakarta.
Pada tahun 1628 terjadi penyerangan pertama pasukan gabungan menyerang Belanda di Jayakarta. Dari darat dipimpin oleh Dipati Ukur sementara dari lautan dipegang oleh pasukan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur dibawah komando Banureksa, Pasukan gabungan itu bergerak bagaikan air bah.

Tugas yg diemban Dipati Ukur untuk mengusir Belanda dari tanah Jawa gagal selanjutnya Dipati Ukur melarikan diri bersama tiga orang Wadana yaitu Wadana Saunggantung, Wadana Taraju dan Wadana Malangbong. Mereka menghindar dari hukuman Sultan Agung sehingga kursi kepemimpinan di Sumedang kosong selama 9 Bulan.

Untuk menghindari kekosongan kepemimpinan tsb maka Sultan Agung mengangkat Raden Wirawangsa menjabat sbg Bupati.

Dipati Ukur dan ketiga Wedana yg melarikan diri dapat ditangkap dan ditaklukan oleh Raden Wirawangsa yg dibantu oleh tiga orang menak yakni:
1. Raden Astramanggala dari Cihaurbeuti
2. Raden Ewingsarana dari Indihiang
3. Raden somahita dari Sukakerta.

Karena jasanya berhasil menaklukan Dipati Ukur dan tiga orang Wadana maka Raden Wirawangsa dianugerahi gelar kehormatan oleh Sultan Agung yakni Raden Tumenggung Wiradadaha yg memerintah 12 Kawedanaan yaitu
1. Sukakerta 7. Bojong Eureun
2. Kalapa Genep 8. Suci (Garut bagian Timur)
3. Linggasari 9. Panembong (Garut)
4. Parakan Tilu (Pameungpeuk) 10. Cisalak (Subang bagian Selatan)
5. Parung 11. Nagara (kandang wesi / Batuwangi)
6. Karang 12. Cidamar (Cidaun / Sindangbarang)

Setelah Raden Wirangsa menerima gelar kehormatan dan pengukuhan jabatan maka beliau mengalihkan pusat pemerintahannya dari Sumedang ke Sukapura.
Dari beliaulah cikal bakalnya Sukapura sampai menjadi Tasikmalaya sekarang.

Berikut ini selintas tentang Sejarah Sukapura yang diambil dari catatan/dokumen peringatan Hari Jadi Sukapura ke 300 tahun serta pengetahuan Sesepuh Sukapura yg didapat secara turun temurun.


Awal terbentuknya Sukapura

Terbentuknya Pemerintahan di Sukapura, berkaitan erat dengan kemunduran serta kehancuran dari kejayaan Majapahit di Jawa Timur. Karena berawal dari sanalah cikal bakalnya Sukapura.

Kabupatian Sukapura sezaman dengan kerajaan dan kebesaran Mataram dengan rajanya “Sultan Agung Hanyokrowati”.

Pemerintahan Sukapura terbagi dalam tiga Periode yakni :
1. Periode Sukapura 1632 – 1628
2. Periode Manonjaya 1829 – 1901
3. Periode Tasikmalaya 1901 - Sekarang

Kabupaten Sukapura berdiri dan diresmikan setelah selesai Perang Dipati Ukur yg tertuang dlm Piagam Sultan Mataram tepatnya tanggal 26 Juli 1632.

Yg menjadi Bupati pertama pd wkt itu adalah Rd. Wirawangsa. Diangkatnya menjadi Bupati karena beliau mampu merendam dan menghentikan Perang Dipati Ukur, setelah menjadi Bupati nama beliau diganti menjadi Rd. Tumenggung Wiradadaha ke 1, nama tersebut mengandung arti :
Wira adalah Prajurit (satria) dan Dadaha = Penuh keberanian

Setelah menerima gelar kehormatan dan pengukuhan jabatan sbg Bupati maka beliau mengalihkan pusat pemerintahannya dari Sumedang ke Sukakerta tepatnya di Leuwi Loa (belakang Kecamatan Sukaraja Sekarang) dan diberi nama Sukapura yg mengandung arti : Suka = Tiang dan Pura = Negara


Piagam Pengangangkatan Ngabehi Wirawangsa menjadi Bupati Sukapura. (dari Sultan Agung)
“Penget serat piagem ingsoen soeltan kagadoeh dening ki ngabehi Wirawangsa kang satija maring ingsoen, soen djenengaken mantra agoeng Boepati Soekapoera, wedana kalih welas desane wong tigang atoes, ikoe kang kawerat dening ki wadana sarta soen pradikaken satoeroe (na) ne lan soen titipaken ngoelon ing Banten ngalor ing Tjirebon, adja na kang ngaribiroe sakarepe….. Titi serat piagem, kang anoerat dina senen tanggal ping sanga sasi moekaram taoen djim akir, kang anoerat abdaning ratoe poen nitisastra (Kutipan dari Sunardjo et al., 1978 : 52).

Terjemahan : Dengan piagam ini Sultan (Mataram) mengangkat Ngabehi Wirawangsa yg setia kpd Sultan menjadi mantra agung Bupati Sukapura, membawahi 12 kepala desa dengan penduduk 300 jiwa. Daerah itu emnjadi daerah perdikan sampai dengan keturunannya yg dititipkan ke Banten dan Cirebon. Jangan ada yg mengganggu….. Ini surat piagam ditulis tanggal 9 Muharram tahun jimakhir oleh abdi Ratu Nitisastra.


A. Periode Sukapura

1. Bupati Sukapura kesatu
Diantara Bupati yg dipercaya di tatar Pasundan oleh Sultan Agung pd masa itu hanya Raden Wirawangsa, krn beliau setia pada Sultan Agung, berani dan sakti serta cakap dlm pemerintahan sehingga disayang oleh Raja dan dihormati oleh rakyatnya dan yg lbh menakjubkan dari semua itu pemerintahan Sukapura dibebaskan dari segala bentuk upeti atau pajak untuk Mataram.

Raden. Wirawangsa menjabat Bupati Sukapura pd th. 1632 – 1674. Beliau dibantu oleh Raden Dewi Munigar sbg Penasehat Utama.

Rd. Dewi Munigar adalah seorang wanita yg arif, bijaksana serta sakti, beliau mempunyai keistimewaan dlm pandangan batin, sehingga bila Raden Wirawangsa mempunyai kesulitan dlm mengelola Negara atw mempunyai masalah mk beliau meminta petunjuk pd Rd. Dewi Munigar.

Disamping penasehat. Raden Wirawangsa dibantu oleh dua org Patih yakni Patih Raden Singadinata dan Wiradinata yg lbh dikenal dgn nama Mbah Jenggot.

Raden Wirawangsa sangat cakap dlm mengendalikan roda pemerintahan sehingga dipuji oleh Sultan Agung dan mendapat gelar Raden Tumenggung Wiradadaha yg artinya Prajurit yg gagah perkasa berani dlm membela keadilan dan kebenaran.

Sultan Agung memberi amanat kpd Raden Wirawangsa :
“Wahai Wirawangsa aku titipkan Sukapura kpdmu untuk engkau pimpin dan engkau olah menjadi Negara yg makmur, subur serta gemah ripah loh jinawi, maka nsaling fitnah untuk mencapai tujuan, hiduplah kalian dengan rukun, aman dan damai karena awal serta akhir akan dialami oleh anak dan cucumu serta turunan Sukapura karena esok atau lusa SUKAPURA NGADAUN NGORA yg artinya Negara Sukapura akan lebih maju, maju dlm segala hal baik pertanian ataupun pembangunan untuk mencapai kesejahteraan hidup”. Demikianlah wejangan dari Sultan Agung Raja Mataram yg Adil dan Bijaksana.

Raden Tumenggung Wiradadaha memimpin Negara Sukapura dengan 12 Wilayah Kawedanaan dgn adil dan Bijaksana sehingga Negara Sukapura menjadi Negara yg Aman, makmur dan rakyatnya cukup sandang serta cukup pangan.
Keduabelas Wilayah itu natara lain:
1. Sukakerta,
2. Kalapa Genep
3. Linggasari
4. Parakan Tilu (Pameungpeuk)
5. Parung
6. Karang
7. Bojong Eureun
8. Suci (Garut bagian Timur)
9. Panembong (Garut)
10. Cisalak (Subang bagian Selatan)
11. Nagara (kandang wesi / Batuwangi)
12. Cidamar (Cidaun / Sindangbarang)
Dari 12 Kewedanaan tersebut Desanya ada 300 Solak (KK) yg setiap KKnya pd wkt itu diperkirakan 4 sampai 5 orang.

Raden Tumenggung Wiradadaha memerintah kebupatian selama 42 tahun. Dengan mempunyai 28 orang anak. Beliau wafat pada tahun 1674 dan dimakamkan di Pasir Baganjing Sukaraja.


2. Bupati Sukapura kedua

Setelah Raden Tumenggung Wiradadaha wafat kemudian Raden Jayamanggala putra no.3 naik tahta menggantikan ayahandanya.
Raden Jaya Manggala menjabat Bupati Sukapura ke 2 pd thn 1674 - 1675. Dengan gelar Raden Tumenggung Wiradadaha II. Beliau menjabat hanya satu tahun krn ada satu peristiwa yg menewaskannya.

Mengenai peristiwa ini ada 3 versi tp wallahu ‘alam krn hanya Allah yang Maha Tahu. Dan yg pasti Makamnya beliau (ada di Pasirhuni) tidak boleh diziarahi.

Bupati ini.meninggalkan 8 orang putra-putri dari beberapa org istri dan terkenal dgn sebutan Dalem Tambela


3. Raden Anggadipa / R. T. Wiradadaha III (Dalem Sawidak) menjabat dari tahun 1674 – 1716

Setelah Dalem Tambela wafat maka digantikan oleh adiknya yg bernama Raden Anggadipa dengan gelar Raden Tumenggung Wiradadaha II. Beliau terkenal dengan sebutan Dalem Sawidak karena beliau memiliki 62 org putra-putri dari beberapa orang Istri.

Beliau wafat dan dimakamkan di Baganjing Sukaraja bersebelahan dgn makam Raden Tumenggung Wiradadaha I


4. Raden Subamanggala / R.T. Wiradadaha IV,Menjabat dari tahun 1716 – 1745

Beliau ini adalah putra ke 2 dari Raden Anggadipa sedangkan kakaknya Raden Yudhanegara tdk bersedia menjadi Bupati tp lbh suka jd Patih.

Raden Subamanggala menjabat sbg bupati dengan gelar Raden Tumenggung Wiradadaha IV dan dibantu oleh dua orang Patih yakni, Patih pertama adalah kakaknya sendiri Raden Yudhanegara dan Patih yang kedua adalah Raden Somanegara saudaranya yang ke 27.

Raden Subamanggala terkenal dgn sebutan Dalem Pamijahan. Disebut Dalem Pamijahan karena diantara para Bupati di Tatar Pasundan hanya Sukapura lah yg dibebaskan dari segala bentuk upeti selama 7 turunan oleh kerajaan Mataram, krn masalah inilah yg membuat kabupaten lainnya merasa iri, sehingga terjadi fitnah di zamannya.

Dalem Pamijahan atau Raden Tumenggung. Wiradadaha IV atau Raden Subamanggala adalah Murid sekaligus menantunya dari Syekh Haji Abdul Muhyi dan beliau tdk memiliki keturunan. Beliau wafat dan dimakamkan di Pamijahan, sdgkan kakaknya yg menjabat sbg Patih R. Yudhanegara wafat dan dimakamkan di sebelah selatan dari Makam Syekh Haji Abdul Muhyi.


5. Raden Sacapati / R.T. Wiradadaha V, menjabat dari tahun 1745 – 1747.

Setelah Raden Subamanggala wafat lalu digantikan oleh keponakannya yg bernama Raden Sacapati yang merupakan anak dari Dalem Abdul. Dalem Abdul atau Raden Anggadipa ini adalah adiknya R. Subamanggala atau anak no.3 dari Dalem Sawidak. Sebenarnya Dalem Abdul ini yang dicalonkan untuk menjadi Bupati kelima namun menolaknya dan menyerahkan kpd anaknya, karena Dalem Abdul lbh suka menuntut Ilmu kebatinan dan kesaktian.

Raden Sacapati atau R.T Wiradadaha V wafat dan dimakamkan di Baganjing dgn meninggalkan 10 org putra-putri dari beberapa org istri.


6. Raden Jaya Anggadireja / R.T. Wiradadaha VI atau lbh dikenal dgn sebutan Dalem Ciwarak, menjabat dari tahun 1747 – 1765

Setelah Raden Sacapati wafat maka Raden Jaya Anggadireja yg merupakan anaknya yg no.2 naik ke Parabon dgn gelar Raden Adipati Wiradadaha VI atau lebih terkenal dgn sebutan Dalem Ciwarak.

Di masa pemerintahan beliau, Nyi Raden Larang, ibunya beliau sempat menjadi Bupati jg. Hal ini dilakukannya untuk mengisi kekosongan pemerintahan karena Beliau dipanggil ke Batavia untuk dimintai keterangan ttg isi yg dikirim Patih yg iri pd beliau. Dan inilah Bupati Wanita yg pertama di Sukapura meskipun menggantikannya untuk sementara waktu. Hal itu dibuktikan dgn adanya bukti makam Bupati Wanita di Baganjing.
Raden Jaya Anggadireja wafat dan dimakamkan di Baganjing dgn meninggalkan 3 org Putra dari 2 Istri.


7. Raden Jayamanggala II / R.T. Wiradadaha VII atau lbh dikenal dgn nama Kangjeng Dalem Pasirtando, menjabat dari tahun 1765 - 1807

Beliau ini adalah putra Raden Jaya Anggadireja no.1 yg sempat pula menjadi Bupati Sementara pd waktu ayahnya menetap di Ciwarak ketika dibebaskan dari tahanan yg tdk mau kembali ke Sukapura.

Raden Jayamanggala jd Bupati Ke 7 dgn gelar Raden Tumenggung Wiradadaha VII atau lbh dikenal dgn nama Kangjeng Dalem Pasirtando.

Beliau wafat dan dimakamkan di Pasirtando dgn meninggalkan 37 org putra – putri dari beberapa org istri


8. Raden Anggadipa II / R. Tumenggung. Wiradadaha VIII (Dalem Sepuh) menjabat dari tahun 1807 – 1811

Beliau ini adalah putra Raden Jayamanggala no.5. dan menjabat Bupati dengan gelar Raden Tumenggung Wiradadaha VIII atau lbh di kenal dgn nama Dalem Sepuh.

Selama beliau menjabat banyak sekali cobaan, salah satunya dicopot jabatan Bupati oleh Residen Cianjur (Holenberke) krn tidak mematuhi perintahnya, bahkan beliaupun di hukum buang ke Sumedang maupun menjadi tahanan di Cianjur.

Beliau yg memindahkan Kabupaten dari Leuwi Loa ke Empang (skrg Kec. Sukaraja)


9. Raden Suryalaga (Dalem Ta’lum), menjabat dari tahun 1811 - 1814

Beliau ini adalah Bupati Sumedang yg diangkat oleh Residen Cianjur (Holenberke) untuk mengisi kekosongan pemerintahan selama Raden Anggadipa II atau Raden Tumenggung Wiradadaha VIII lg menjalani cobaan.

Raden Suryalaga ini terkenal dgn sebutan Dalem Ta’lum.


10. Raden Anggadipa II / Wiradadaha VIII, jd Bupati lg dari tahun 1814 – 1836

Beliau menjabat kembali jadi Bupati setelah ada kesepakatan & janji antara Patih Raden Arya Danuningrat dengan Residen Cianjur Holenberke.

Pd masa beliaulah pusat pemerintahan beralih dari Sukapura ke Arjawinangun (skrg Manonjaya) tepatnya pada tahun 1829. Setelah itu, pd tahun 1834 pemerintahan berpindah ke Pasir Panjang Manonjaya dan menjadi Bupati Pertama di Manonjaya.

Beliau wafat tahun1836 dan dikebumikan di Tanjungmalaya dgn meninggalkan 14 org putra dan putri dari beberapa orang istri.



B. Periode Manonjaya

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa yg menjadi Bupati pertama di Manonjaya itu adalah Raden Anggadipa II atau Raden Tumenggung Wiradadaha VIII, beliau jd Bupati Pertama yg pemerintahannya di Manonjaya dari tahun 1829 – 1836.

11. Raden Arya Danuningrat / R. T. Wiratanubaya I (Dalem Danuningrat) menjabat sebagai Bupati ke IX dari tahun 1836 – 1844

Patih Raden Arya Danuningrat yg merupakan adik dari Raden Anggadipa II atau Raden Tumenggung Wiradadaha VIII ini kemudian naik takhta menjadi Bupati Sukapura ke IX atau Bupati kedua yg pemerintahnnya di Manonjaya dgn gelar Raden Tumenggung Wiratanubaya I atau lbh dikenal dgn sebutan Dalem Danuningrat.

Beliau menjabat Bupati dibantu oleh Patih Raden Arya Anggadireja. Beliau wafat dalam usia 58 tahun dan dimakamkan di Tanjungmalaya dengan meninggalkan 13 orang putra dan putri dari beberapa orang istri.


12. Raden Rangga Wiradimanggala / R.T. Wiratanubaya,II (Dalem Sumeren), menjabat sebagai Bupati ke X dari tahun 1844 – 1855

Raden Rangga Wiradimanggala ini adalah anaknya Raden Arya Danuningrat no.1. Sebagai waris keprabon beliau menjabat Bupati Sukapura ke X gelar Raden Tumenggung Wiratanubaya II atau lebih dikenal dgn sebutan Dalem Sumeren.

Beliau wafat dan dimakamkan di Tanjungmalaya dgn tdk memiliki keturunan (Nunggal Pinang)


13. Raden Wiradireja / R. Adipati Wiradegdaha (Dalem Bogor), menjabat sbg Bupati ke XI dari tahun 1855 – 1875

Beliau ini adalah adiknya Raden Rangga Wiradimanggala atau anaknya Raden Arya Danuningrat no.2 dan menjadi Bupati Sukapura ke XI pada tahun 1855, selanjutnya pada tahun 1865 berganti nama menjadi Raden Wiradegdaha kemudian pd tahun 1872 beliau menerima gelar Adipati sehingga nama lengkapnya jd Raden Adipati Wiradegdaha.

Setelah menerima gelar Adipati, beliau mendapat tugas dari Residen Belanda untuk memungut pajak tanah yg diwajibkan oleh pemerintah Belanda. Namun beliau menolak dgn alasan jika tanah tdk diolah bgaimana dpt menghasilkan, sedangkan pemungutan pajak atas tanah yg dimiliki oleh rakyat itu sangat memberatkan. Dgn penolakan tsb maka beliau diasingkan ke Bogor, maka beliau lbh dikenal dgn sebutan Dalem Bogor.

Beliau Wafat dan dimakamkan di Tanjungmalaya dgn meninggalkan 37 orang putra – putri dari beberapa istri.


14. R. Demang Danukusumah / R. Adipati Wirahadiningrat, (Dalem Bintang) menjabat Bupati ke XII dari tahun 1875 – 1900

Beliau ini adalah adiknya Raden Wiradireja / Raden Adipati Wiradegdaha atau anaknya Raden Arya Danuningrat no.7.

Raden Demang Danukusumah naik tahta dgn gelar Raden Tumenggung Wirahadiningrat yg miliki prestasi sbb :
Tahun 1889 diangkat gelarnya menjadi Adipati
Tahun 1893 mendapat medali emas
Tahun 1898 mendapat payung kebesaran
Tahun 1900 mendapat Bintang.
Dengan mendapatnya Bintang Kehormatan, maka beliau dikenal dgn sebutan Dalem Bintang. Beliau menjadi Bupati Sukapura XII dgn pusat pemerintahan di Manonjaya. Beliau dikaruniai 19 orang putra-putri dan Wafat tahun 1900 dimakamkan di Tanjungmalaya.


C. Periode Tasikmalaya.

15. Raden Danuningrat / R.Tumenggung Prawira Hadiningrat atau lbh dikenal dgn sebutan Dalem Aria, menjabat Bupati ke XIII dari tahun 1900 – 1908

Wafatnya Dalem Bintang, kursi kepemimpinan jatuh pada putra Dalem Bogor yg pertama yaitu Raden Danuningrat sebagai Bupati Sukapura XIII dgn gelar Raden Tumenggung Prawira Hadiningrat yg pusat pemerintahannya di Manonjaya.

Pada tanggal 1 Oktober 1901 beliau mengalihkan Pusat pemerintahannya dari Manonjaya ke Tasikmalaya.

Sejak Beliaulah pemerintahan berada di Tasikmalaya hingga sampai pemisahan
Kabupaten dan Kotamadya dan beliau merupakan Bupati Sukapura Pertama yg pemerintahannya di Tasikmalaya.

Beliau wafat dan dimakamkan di Tanjungmalaya dgn meninggalkan 13 orang putra - putri.


16. Raden Saleh Wiratanuningrat / R.A.A. Wiratanuningrat, menjabat Bupati ke XIV dari tahun 1908 – 1937

Raden Saleh Wiratanuningrat ini adalah anaknya Raden Danuningrat / R.T. Prawira Hadiningrat (Dalem Aria) yg no. 1. Beliau diangkat jd Bupati Sukapura XIV pada tgl 23 Agustus 1908.

Selama menjabat Bupati yg berpusat di Tasikmalaya, beliau memiliki prestasi antara lain :
1. Mendapat Gelar Arya dan Adipati
2. Mendapat Payung Kuning sebagai tanda kebesaran karena Beliau berhasil membuat Lakbok menjadi Persawahan (Pertanian)
3. Memiliki 10 Wilayah pemerintahan antara lain :
a. Tasikmalaya f. karangnunggal
b. Manonjaya g. Cikatomas
c. Ciawi h. Banjar
d. Singaparna i. Pangandaran
e. Taraju j. Cijulang

Pada tanggal 1 Januari 1913 nama nama Kabupaten Sukapura diganti menjadi Kabupaten Tasikmalaya hingga sekarang dan Beliaulah Bupati Tasikmalaya yg Pertama. Tahun 1937 Beliau Wafat dgn meninggalkan 19 orang putra-putri.


17. Raden Mintragna / R.A.A. Wiradiputra, menjabat Bupati ke XV dari tahun 1938 – 1944

Raden Mintragna adalah anaknya Bupati XII Raden Demang Danukusuma (Dalem Bintang) yg no. 4. Beliau menjadi Bupati Tasikmalaya XV dgn gelar Raden Arya Adipati Wiradiputra.

Selama kepemimpinannya banyak sekali pasang surutnya percaturan politik karena beliau hidup di dua zaman yakni zaman Belanda dan Zaman Jepang.
Pada zaman Jepang beliau banyak mengalami masa sulit dan pd tahun 1944 beliau mengundurkan diri dari jabatan Bupati.


18. Raden Tumenggung Sunarya, menjabat Bupati ke XVI dari tahun 1944 - 1947
Setelah Raden Mintragna mengundurkan diri maka Raden Sunarya menjalankan roda pemerintahannya sebagai Bupati Sukapura ke XVI.

Pada pertengahan th. 1947 terjadilah perang kolonial dan untuk menghindari kekacauan maka Raden Tumenggung Sunarya beserta keluarga mengungsi ke Lebak Siuh.

Dengan perginya beliau maka terjadilah kekosongan pemerintahan. Belanda pun berusaha mencarinya namun tdk ditemukan hingga mrk mnemukan Raden Mintragna atau Raden Arya Adipati Wiradiputra mantan Bupati sebelumnya yg tlh lanjut usia di tempat pengungsian di daerah selatan Manonjaya tepatnya di Cadas Beulah. Maka Mantan Bupati tsb diangkat kembali menjadi Bupati Tasikmalaya.


19. R.A.A.Wiradiputra (yang kedua kali), menjabat Bupati ke XVII dari tahun 1947 - 1948

R.A.A Wiradiputra atau Raden Mintragna ini menjadi Bupati Tasikmalaya yang kedua kalinya. Karena pada kondisi saat itu hanya Beliaulah yg tepat untuk mengatasi segala permasalahan di kabupatian. Namum Beliau hanya bertahan satu tahun krn pada tahun 1948 beliau mengundurkan diri dikarenakan usianya yg sudah lanjut .

Beliau Wafat dan dimakamkan di Tanjungmalaya pada tanggal 22 Mei 1959 dengan meninggalkan 3 (tiga) orang Putri.


20. Raden Tubagus Abas Wilagasomantri, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tahun 1948 - 1951

21. Raden Priatnakusumah, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tahun 1951 – 1957

22. Raden Ipung Gandapraja, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tahun 1957 – 1958

23. Raden Memed Supartadiredja, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tahun 1958 – 1966

24. Kolonel Inf. Husen Wangsaatmadja, menjabat Bupati Tasikmalaya dari Februari 1966 – 14 Februari 1974

Sejak beliau ini lah kebupatian tidak lagi dari kalangan ningrat karena saat Orde Baru bergulir yg menjabat sbg Bupati adalah kalangan Militer yg berpangkat Kolonel.

25. Drs. H. Kartiwa Suryasaputra, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tanggal 14 Februari 1974 – 5 Maret 1976

Setelah masa Kolonel Inf. Husen Wangsaatmadja pensiun maka Bupati pun ditunjuk oleh seorang Gubernur yg berpusat di Bandung dgn masa pemerintahannya selama 5 tahun sekali.

26. Kolonel Inf. A Benyamin, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tanggal 5 Maret 1976 - 5 Maret 1981. (Kembali lagi ke Militer).

Pada masa beliau tonggak sejarah kelahiran kota Tasikmalaya dengan diresmikannya Kota Administratif Tasikmalaya melalui PP No. 22 Tahun 1976 oleh Mendagri H. Amir Machmud. sekaligus dilantiknya Drs. H. Oman Roosman sbg Walikota Administratif Pertama oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat H. Aang Kunaefi. (Lengkapnya lht di Tasikmalaya Dulu dan Sekarang)

27. Kol. Inf. H. Hudly Bambang Aruman, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tanggal 5 Maret 1981 – 8 Maret 1986

28. Kol. Inf. H. Adang Roosman, SH, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tanggal 8 Maret 1986 – 8 Maret 1991

29. Kol. Inf. H. Adang Roosman, SH, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tanggal 8 Maret 1991 – 8 Maret 1996. (Kembali ditunjuk untuk yg kedua kalinya).

30. Kol. Inf. H. SuIjana Wirata Hadisubrata, menjabat Bupati Tasikmalaya dari tahun 1996 – 2001
Beliau adalah Turunan Sumedang
Di Masa beliau adalah dirintisnya pembentukan Pemerintahan Kota Tasikmalaya.

31. Drs. H. Tatang Farhanul Hakim, M.Pd., menjabat Bupati Tasikmalaya dari tahun 2001 – 2006
Beliaulah Bupati Pertama yg dipilih oleh rakyat melalui PEMILU. Karena di masa beliau adalah Era Reformasi yg mana para Bupati yg terpilih tdk lagi ditunjuk oleh Gubernur dan tidak harus dari kalangan Militer, namun rakyat sipil pun dapt menduduki jabatan Bupati.

Dibawah kepemimpinan Beliau Pemerintahan Kota Administratif Tasikmalaya mesmi menjadi Kotamadya Tasikmalaya. Pembentukan Pemerintahan Kota ini untuk menjadi daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengatur rumah tangga sendiri. Sbg PJ Walikota Tasikmalaya adalah Drs. H. Wahyu Suradiharja (Lengkapnya lht di Tasikmalaya Dulu dan Sekarang)

32. Drs. H. Tatang Farhanul Hakim, M.Pd., menjabat Bupati Tasikmalaya dari tahun 2006 -2011. (Kembali dipilih untuk yg kedua kalinya).
Dimasa Beliaulah Pemerintahan Kabupatian pindah ke Singaparna

33. ????

Selama kurun waktu 378 tahun (1632 – 2010) atau dalam 3 (tiga) masa ada 28 orang dari 31 kali pergantian kepemimpinan (Bupati) yakni :

1. Masa Kerajaan : Di masa ini hanya para ningratlah yg berhak menduduki jabatan sbg Bupati dan untuk menjabat pemerintahannya pun dgn cara turun temurun atau harus dari keluarga tsb. Pada masa ini ada 21 Orang yg pernah menjabat diantaranya :
a. Periode Sukapura ada 9 orang yg diantaranya ada 1 orang pernah menjabat 2 kali periode dan tempat yg berbeda (Sukapura dan Manonjaya)
b. Periode Manonjaya ada 4 orang
c. Periode Tasikmalaya ada 8 orang dan diantaranya ada 1 orang pernah menjabat 2 kali periode

2.Masa Orde Baru : hanya dari kalangan Militerlah yg berhak menduduki jabatan sbg Bupati dgn pangkat Kolonel dan untuk menjabat pemerintahannya dgn cara ditunjuk oleh Gubernur. Pada masa ini ada 6 Orang dan diantaranya ada 1 orang pernah menjabat 2 kali periode

3. Masa Reformasi : Siapapun dapat menduduki jabatan sbg Bupati dan untuk menjabat pemerintahannya dgn sistem PEMILU. Pada masa ini baru 1 org dan menjabat 2 kali periode

Pada masa ORBA dan Reformasi kedudukan Bupati telah ditentukan lamanya memimpin yakni 5 tahun.

Ralat :
Dlm kalimat: Sultan Agung memberi amanat kpd Raden Wirawangsa :
dsitu tertulis .....maka nsaling fitnah untuk mencapai tujuan, ....
seharusnya .....maka jangan saling fitnah untuk mencapai tujuan,...

mhn maaf atas kekeliriun yg kami tulis.


 Referensi :
- Sejarah Raja-Raja Jawa, Dr. Purwadi, M. Hum, 2007
- Bupati Tasikmalaya Dari Masa Ke Masa, Afrudin Achmad, Tasikmalya, 2001.
- Bausastra Jawa, S. Praworoatmodjo, Jakarta, 1996
- Pahlawan Dipanagara Berjuang, Sagimun M.D, Jakarta, 1986
- Sejarah Pasarean Mataram I, Jogyakarta, 1928
- Sejarah Sukapura, R. Achmad Suhara, Tasikmalaya, 1901
- Bupati Tasikmalaya Dari Masa Ke Masa, Afrudin Achmad, Tasikmalya, 2001.
- Sejarah Sukapura, R. Achmad Suhara, Tasikmalaya, 1901
- Sejarah Pasarean Mataram I, Jogyakarta, 1928
- Pahlawan Dipanagara Berjuang, Sagimun M.D, Jakarta, 1986
- Bausastra Jawa, S. Praworoatmodjo, Jakarta, 1996
- Hari Jadi Tasikmalaya, Pemda II Tasikmalaya

1 komentar: